Tubuh ini bukanlah yang pandai dan alim ulama dalam hal agama,namun tubuh ini meminati ilmu agama
Tubuh ini cuba untuk menjadi seperti mereka.
Buya Hamka,Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) ulama dan pendawah seantero tanah melayu yang menjadi fenomena pada usianya.
Pada pandangan dan kajian sepintas lalu diriku yang kerdil ini,kaedah perbandingan Buya Hamka dengan menggunakan alam-alam dan haiwan lebih mendekati dan menusuk ke dalam kalbu setiap pendengar.
Bayangkan saja,pada awal tahun 1930-1980,kebanyakkan ulama berhujah dan berdakwah menggunakan dalil dan firman Allah yang mungkin tidak mudah difahami oleh golongan marhaen pada masa itu,lalu mengakibatkan mereka semakin jauh pada agama.
Namun cendekiawan,sasterawan dan ilmuwan bijak pandai yang bernama Hamka ini,bangun mengadunkan sastera dan syair yang diminati masyarakat Melayu pada masa itu dan menjadikannya sebagai satu senjata utama dalam berdakwah.
Kata-katanya dalam berdakwah,disusun baik dan meresap ke dalam jiwa setiap pendengar.
"Kalau hidup sekedar hidup,babi di hutan juga hidup,
Kalau bekerja sekedar bekerja,kera juga bekerja"
"Biarpun seribu kapal tenggelam di tengah lautan,
namun cita cita manusia tidak pernah padam"
"Kalau kita tidak mengenal hakikat dari kehidupan itu,
apalah obah kita dengan binatang"
apalah obah kita dengan binatang"
Ini adalah antara ribuan kata-kata hikmatnya yang masih hidup,biar pun jasadnya sudah lama pergi,namun segarnya perjuanganmu Buya buatkan diriku ini merasa dekat dan cintanya pada wajah yang belum pernah aku temukan ini.
hari ini,suara kamu di corong youtube dan gaya pembawaan simile ustaz Asri Zainul Abdin menjadi pengubat rindu kepada kamu Buya Hamka.Semoga Tenang di sana Ulama,
Al-fatihah.
"Jangan ditangisi barang yang hilang,syukurilah apa yang ada,
kelak jika yang masih ada itu hilang,ditangisi pula"
kelak jika yang masih ada itu hilang,ditangisi pula"
